Bank Sampah Ketika Utang Dibayar Dengan Sampah

Posted by Diposting oleh alvian On 11:28:00 AM

Deden Gunawan - detikNews


Foto: Rizal / detikcom
Jakarta - Sepeda mini warna putih itu dikayuh Martini (36) menuju sebuah gudang yang ada di RT 05/09, Kelurahan Semper Barat, Koja, Jakarta Utara. Ibu dua orang anak itu, yang tinggal di RT 03, hendak menuju Bank Sampah Karya Mandiri yang dikelola Nanang, Ketua RW 05. Di tempat itu ia akan mengambil uang untuk keperluan sekolah anaknya, yang baru lulus dari SDN 01, Semper Barat.

Bella (12), anak sulung Martini, rencananya akan melanjutkan sekolah ke SMP. Namun karena Bella tidak mendapat SMP Negeri, mau tidak mau orang tuanya akan menyekolahkannya ke SMP swasta. Untuk itu Martini butuh biaya untuk mendaftar sekolah.

"Kalau sekolah swasta kan kami harus bayar. Jadi saya butuh uang untuk menambah biaya pendaftaran sekolah," jelas Martini kepada detikcom, Selasa (29/6/2010).

Kebetulan Martini masih ada simpanan di Bank Sampah sebesar Rp 90.350. Uang tersebut merupakan tabungan sampah yang sudah sejak sebulan lalu disimpannya di bank tersebut. Sampah-sampah yang disetorkan tersebut kemudian masuk dalam buku
tabungannya dalam bentuk uang.

Setiap 1 kilogram sampah yang ditabungkan lewat bank sampah bernilai Rp 1.500 untuk sampah plastik dan kaleng. Sementara untuk sampah kertas dan kardus yang disetorkan nilainya Rp 800-900 per kilogramnya. Uang kiloan sampah itu kemudian didebet ke dalam buku tabungannya, yang bisa diambil sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Karena saat ini sedang butuh uang, terpaksa Martini mengambil tabungannya yang tidak seberapa banyak tersebut. Apalagi suaminya, Welas Rianto, yang bekerja sebagai sopir kontainer penghasilannya tidak seberapa. Jadi pasangan Martini dan Welas harus kesana kemari mencari uang tambahan supaya anaknya bisa bersekolah di SMP.

Hari itu, warga RW 05 yang datang ke bank sampah bukan hanya Martini seorang. Sebelumnya, Supratini, warga RT 07 juga datang ke sana. Perempuan paruh baya tersebut datang ke bank itu meminjam uang untuk keperluan berobat cucunya sebesar Rp 50.000.

Rupanya, bank yang dikelola Nanang tidak hanya menyimpan sampah yang kemudian didebet menjadi rupiah dalam buku tabungan. Tapi warga yang menjadi nasabah bank
tersebut bisa juga meminjam uang. Besarnya pinjaman yang diberikan maksimal Rp
300.000. Enaknya lagi, pembayarannya dilakukan bukan dengan uang. Warga cukup
membayarnya dengan menyetorkan sampah hingga jumlahnya cukup untuk membayar pinjaman.

"Kita selain membuka tabungan sampah juga memberikan pinjaman tanpa bunga kepada warga yang jadi nasabah. Baik untuk keperluan darurat maupun untuk usaha. Mereka
akan membayarnya cukup dengan menyetorkan sampah ke bank ini," jelas Nanang saat
berbincang-bincang dengan detikcom.

Untuk melakukan pengambilan atau pinjam uang di bank sampah tidaklah sulit dan berbelit-belit. Nasabah cukup menunjukkan buku tabungan sampah yang dimilikinya
kepada petugas administrasi. Dengan segera nasabah langsung mendapatkan uang
tabungannya. Begitu juga dengan nasabah yang akan meminjam uang.

Bukan hanya pengambilan uang saja yang mudah. Warga yang akan menabung sampah juga tidak perlu repot-repot mengangkut sampah dari rumahnya ke bank. Sebab setiap hari ada petugas teller bank yang berkeliling ke rumah-rumah warga yang jadi nasabah.

Jika ada sampah di rumah nasabah, maka petugas teller akan memilah jenis sampah
serta menimbangnya. Setelah itu petugas langsung mencatatnya ke buku tabungan sampah milik nasabah yang bersangkutan. "Jadi warga tidak perlu repot-repot membawa sampah ke sini. Sebab sudah ada petugas yang menimbang serta mengangkutnya," ujar Nanang.

Untuk melayani nasabah bank sampah ini, Nanang mempekerjakan 10 orang. Semuanya merupakan warga di lingkungan RW 05. Tugas mereka adalah sebagai teller serta tukang angkut sampah yang setiap hari mendatangi rumah-rumah warga. Mereka dibayar sesuai jumlah sampah yang didapat dari nasabah.

Dari tiap kilogram sampah yang ditabungkan oleh warga, mereka kebagian Rp 500. Semakin banyak warga yang menabung sampah maka bayaran yang mereka dapat juga
semakin banyak. Tak heran jika banyak warga yang bekerja sebagai petugas bank
sampah sangat antusias mendatangi rumah warga untuk menarik sampah.

Dikatakan Nanang, sampai saat ini jumlah nasabah bank yang dikelolanya sejak Januari 2010 sudah mencapai 500 orang lebih. Dengan rincian, sebanyak 400 orang
berasal dari RT 09/RW 05. Sedangnya sebanyak 100 orang lebih berasa dari RT 08/RW 05. Jumlah tersebut, kata Nanang, akan bertambah sebab saat ini Bank Sampah Karya Mandiri belum lama ini telah membuka cabang di beberapa RW lainnya, yakni di RW 08, RW 015, serta RW 01.

Beberapa warga di RW 05 yang ditemui detikcom mengatakan, dengan adanya Bank Sampah ini sangat membantu warga. 887 Kepala keluarga jadi punya penghasilan tambahan. Selain itu, lingkungan RW pun pasti menjadi bersih dari sampah. Setiap ada sampah apa pun di wilayah itu langsung diambil warga untuk dikumpulkan kemudian ditabung di bank sampah.

Bukan itu saja, banyak orang tua di daerah itu yang menyuruh anak-anaknya untuk ikut mengumpulkan sampah baik di sekolah maupun sepanjang jalan dari sekolah menuju rumah. "Anak-anak sangat bersemangat mencari dan mengumpulkan sampah di sekolah. Kadang-kadang anak saya sampai tidak kebagaian sampah karena sudah keduluan sama teman-temannya," Tutur Badriah warga RT 09/RW 05.

Keterangan Badriah ini memang benar adanya. Dari pantauan detikcom di RW 05, sejumlah jalan atau gang yang adadi kawasan itu terlihat bersih dari sampah, baik bekas botol air mineral, plastik atau kertas. Pemandangan serupa juga terlihat di SDN 01, yang terletak di mulut jalan menuju RW 05. Di dalam sekolah maupun di luar pagar sekolah nyaris tidak terlihat sampah plastik atau pun kertas sedikit pun. Padahal di berbagai tempat lain di Jakarta, sampah sudah menjadi bagian dalam kehidupan warga. (ddg/fay)