Bibit: Duit Rp 117 M Saja Saya Tolak, Apalagi Rp 1,5 M

Posted by Diposting oleh alvian On 8:49:00 PM


Foto: Bibit di KPK

Jakarta - Perjalanan hidup Wakil Ketua KPK nonaktif Bibit Samad Riyanto cukup berliku. Berawal dari keluarga yang kurang mampu, ia akhirnya menjadi seorang jenderal di kepolisian hingga menjadi pimpinan KPK.

Sejak kecil, ia selalu diuji dengan cobaan. Sejak lulus SMP, ia sudah mencari uang sendiri untuk menghidupi biaya sekolah. Berbagai cara dilakukan, mulai dari kuli tenun hingga preman pasar pernah dilakoninya.

Kini, cobaan itu datang lagi saat kepolisian menetapkan Bibit sebagai tersangka dalam kasus dugaan penyalahgunaan wewenang dan suap dalam proses cekal buronan. Sejumlah pihak meragukan penetapan tersangka ini karena tidak didukung bukti kuat.

Nah, kalau soal cerita soal suap menyuap, bagi Bibit sudah bukan hal yang asing. Kala dia menjabat sebagai Kapolda Kaltim, dia pernah ditawari uang suap sebesar Rp 117 miliar, itu sekitar akhir tahun 90-an menjelang tahun 2000-an. Uang itu diberikan para cukong kayu. Tapi tegas-tegas dia menolaknya.

Bagaimana kisah perjalanan hidup pria berumur 64 tahun ini? Berikut petikan wawancara detikcom dengan Bibit di kediamannya di kawasan Ciledug, Tangerang, Banten, Rabu (14/10/2009).

Bagaimana kisah masa kecil seorang Bibit di Kediri?

Masa kecil saya lebih banyak dihabiskan di pasar. Ibu saya cari makan di pasar jadi tukang jahit. Saya sudah kayak preman pasar saja, sering berkelahi juga.

Lalu bagaimana dengan sekolah?

Orang tua saya cuman mampu membiayai sampai SMP saja. Buat membiayai SMA, saya ikut orang menjadi kuli tenun. Setelah SMA, saya selalu berdoa tiap hari supaya bisa sekolah tanpa ada biaya. Alhamdulillah, saya bisa lulus S3 tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. Doa saya terkabul (Diiringi derai tawa)

Apa yang membuat Bapak memutuskan untuk jadi polisi?

Dulu saya masuk Akpol (Akademi Kepolisian) karena di situ mencetak perwira. Penghasilannya nggak buruk-buruk amatlah. Tapi satu hal yang ingin saya lakukan adalah menjadi penegak hukum jalanan yang bagus sesuai dengan fungsinya, yaitu agen undang-undang.

Ada pengalaman menarik selama menjadi anggota polisi?

Dulu ketika menjabat sebagai Kapolda Kalimatan Timur, saya pernah menangani 234 kasus ilegal logging. Saya babat habis. Kemudian ada yang berani ngasih duit Rp 500 juta per kasus. Kalikan saja dengan 234 kan Rp 117 miliar. Yang segitu saja saya tolak, masa sekarang dituduh ngambil Rp 1,5 miliar. Buat apa?

Pak Bibit juga tercatat aktif di dunia pendidikan, kenapa?

Semenjak menjelang 6 tahun pensiun di polisi saya sudah menyiapkan diri alih profesi jadi guru. Saya selalu ingat pesan almarhumah Ibu saya agar menjadi guru. Alhamdulillah tercapai, saya pernah mengajar di Universitas Bina Nusantara 4 tahun, jadi rektor Universitas Bhayangkara 3 tahun. Saya juga pernah ngajar di PTIK dan UNJ (universitas negeri Jakarta).

Bagaimana dengan aktivitas kesenian keroncong Bapak?

Kalau itu teman-teman masih lanjut latihan. Saya jarang ikut semenjak jadi tersangka. Awalnya saya sangat suka karawitan. Sejak SMA, saya sudah menjadi pemukul gong. Lalu pas pindah ke sini (rumah di Ciledug), ternyata di belakang rumah ada perkumpulan keroncong. Akhirnya minta latihan di rumah saya, ya sudah saya jadi ikut.

Bapak juga dikabarkan pernah aktif di partai Buruh dan PNBK, bisa diceritakan kenapa?

Saya dulu nggak jadi Kapolri karena alasan politis, makanya saya pengen tahu politik itu kayak apa sih. Tapi ternyata setelah masuk di dalamnya sama saja, kepentingan pribadi lebih menonjol.

Beralih ke persoalan kasus yang menimpa Bapak, ada perasaan dikhianati tidak oleh korps sendiri?

Tidak, permasalahan di polisi itu sangat manusiawi dan setiap individu memiliki potensi kesalahan yang sama. Kalau saya merasa justru mempertanyakan independensi polisi. Jangan-jangan ada yang nyuruh. Pokoknya saya merasa ada bau rekayasa.

Bagaimana perasaan Bapak diperiksa sebagai tersangka oleh bekas murid?

Memang ada beberapa penyidik yang saya kenal sebagai murid. Tapi nggak masalah, saya juga pernah meriksa dosen saya. Dia hanya melaksanakan tugas, jadi silakan saja.

Ketika isi BAP diubah oleh penyidik, apa yang Bapak lakukan?

Sempat saya tegur, kok begitu. Tapi bisa langsung diubah lagi, ada beberapa yang kelupaan. Sekarang saya dengar berkasnya sudah di Kejagung.

Apa yang akan Bapak lakukan setelah semua ini berakhir?

Kalau saya tidak jadi terdakwa, saya akan kembali berjuang di KPK. Tapi kalau tidak, saya akan kembali menjadi guru. Sudah ada universitas di Jawa Timur yang menawari saya untuk bekerja di sana.

Ada pesan bagi para koruptor atau para polisi kotor?

Intinya terus belajar agama. Ada kehidupan lain yang lebih abadi setelah ini. Selain itu dengan hidup bersih ada ketenangan jiwa. Daripada gelisah setiap mau tidur, lebih baik jangan dilakukan sama sekali. Karena sekali kita terima, habis sudah.