Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Kecamatan Pasar Minggu terletak di Jakarta Selatan. Nama kecamatan ini diambil dari nama Pasar Minggu yang ternama tersebut. Batas kecamatan di sebelah timur dengan Kali Ciliwung / Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur, sebelah utara dengan Kecamatan Mampang Prapatan dan Pancoran, sebelah barat dengan Kecamatan Cilandak dan sebelah selatan dengan Kecamatan Jagakarsa.
Daftar kelurahan
- Pejaten Barat, Pasar Minggu dengan kode pos 12510
- Pejaten Timur, Pasar Minggu dengan kode pos 12510
- Pasar Minggu, Pasar Minggu dengan kode pos 12520
- Kebagusan, Pasar Minggu dengan kode pos 12520
- Jati Padang, Pasar Minggu dengan kode pos 12540
- Ragunan, Pasar Minggu dengan kode pos 12550
- Cilandak Timur, Pasar Minggu dengan kode pos 12560
Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Kecamatan Pasar Minggu terletak di Jakarta Selatan. Nama kecamatan ini diambil dari nama Pasar Minggu yang ternama tersebut. Batas kecamatan di sebelah timur dengan Kali Ciliwung / Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur, sebelah utara dengan Kecamatan Mampang Prapatan dan Pancoran, sebelah barat dengan Kecamatan Cilandak dan sebelah selatan dengan Kecamatan Jagakarsa.
Daftar kelurahan
- Pejaten Barat, Pasar Minggu dengan kode pos 12510
- Pejaten Timur, Pasar Minggu dengan kode pos 12510
- Pasar Minggu, Pasar Minggu dengan kode pos 12520
- Kebagusan, Pasar Minggu dengan kode pos 12520
- Jati Padang, Pasar Minggu dengan kode pos 12540
- Ragunan, Pasar Minggu dengan kode pos 12550
- Cilandak Timur, Pasar Minggu dengan kode pos 12560
Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta
Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Jakarta. Persija saat ini berlaga di Liga Super Indonesia.
Persija didirikan pada tahun 1928, dengan cikal bakal bernama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ). VIJ merupakan salah satu klub yang ikut mendirikan Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan keikutsertaan wakil VIJ, Mr. Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu 19 April 1930.
Klub ini mendapatkan perhatian yang besar dari Gubernur Jakarta, Sutiyoso, yang merupakan Pembina Persija. Kelompok pendukungnya bernama The Jakmania.
Pelatih klub untuk musim 2008 adalah Danurwindo. Sementara, pelatih klub untuk musim 2007 adalah Sergei Dubrovin dengan Isman Jasulmei sebagai asisten pelatihSejarah
Pada zaman Hindia Belanda, nama awal Persija adalah VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). Pasca-Republik Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan, VIJ berganti nama menjadi Persija (Persatuan sepak bola Indonesia Jakarta). Pada saat itu, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) sebagai organisasi tandingan PSSI masih ada. Di sisi lain, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) sebagai bond (perserikatan) tandingan Persija juga masih ada. Terlepas dari takdir atau bukan, seiring dengan berdaulatnya negara Indonesia, NIVU mau tidak mau harus bubar. Mungkin juga karena secara sosial politik sudah tidak kondusif (mendukung). Suasana tersebut akhirnya merembet ke anggotanya, antara lain VBO. Pada pertengahan tahun 1951, VBO mengadakan pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) dan menganjurkan dirinya untuk bergabung dengan Persija. Dalam perkembangannya, VBO bergabung ke Persija. Dalam turnamen segitiga persahabatan, gabungan pemain bangsa Indonesia yang tergabung dalam Persija "baru" itu berhadapan dengan Belanda dan Tionghoa. Inilah hasilnya: Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951), Belanda vs Tionghoa 4-3 (30 Juni 1951), dan Persija (Indonesia) vs Tionghoa 3-2 (1 Juli 1951). Semua pertandingan berlangsung di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.
Prestasi
Nasional
- Tahun 1931, Juara Perserikatan, sebagai VIJ Jakarta (1)
- Tahun 1933, Juara Perserikatan, sebagai VIJ Jakarta (2)
- Tahun 1934, Juara Perserikatan, sebagai VIJ Jakarta (3)
- Tahun 1938, Juara Perserikatan, sebagai VIJ Jakarta (4)
- Tahun 1964, Juara Perserikatan (5)
- Tahun 1973, Juara Perserikatan (6)
- Tahun 1975, Juara Perserikatan, bersama dengan PSMS Medan(7)
- Tahun 1977, Juara Perserikatan (8)
- Tahun 1979, Juara Perserikatan (9)
- Tahun 1990, Peringkat Ke-10 Perserikatan
- Tahun 1994, Peringkat Ke-12 Divisi Utama Wilayah Barat
- Tahun 1995, Peringkat Ke-13 Divisi Utama Wilayah Barat
- Tahun 1996, Peringkat 10 Wilayah Barat
- Tahun 1998, Semifinalis
- Tahun 1999, Semifinalis
- Tahun 2001, Juara Liga Bank Mandiri atau Liga Indonesia (10)
- Tahun 2002, 8 Besar Liga Bank Mandiri
- Tahun 2003, Peringkat 7 Liga Bank Mandiri
- Tahun 2004, Peringkat 3 Liga Bank Mandiri
- Tahun 2005, Runner-Up Liga Indonesia
- Tahun 2005, Runner-Up Copa Indonesia
- Tahun 2006, Liga Indonesia 8 Besar
- Tahun 2006, Copa Indonesia Juara 3
- Tahun 2007, Copa Indonesia Juara 3
- Tahun 2008, Peringkat 7 Liga Super Indonesia
Internasional
- Tahun 2001, Piala Champions Asia (Liga Champions Asia) Babak Pertama
- Tahun 2001, Juara Piala Sultan Brunei Darussalam
SUNGAI CILIWUNG
Ci Liwung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ci Liwung[1] atau secara salah kaprah namun lebih populer, Sungai Ciliwung, adalah sebuah sungai besar di Pulau Jawa. Wilayah yang dilintas Ci Liwung ini adalah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, dan Jakarta.
Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di Perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah Puncak. Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Di daerah Manggarai aliran Ci Liwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun setelah Pintu Air Istiklal jalur lama tidak ditemukan lagi karena dibuat kanal-kanal, seperti di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal Molenvliet di antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Veteran.[2] Di Manggarai, dibuat Banjir Kanal Barat yang mengarah ke barat, lalu membelok ke utara melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit.
Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ci Liwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan pemukiman-pemukiman kumuh. Sungai ini juga dianggap sungai yang paling parah mengalami perusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu di Puncak dan Bogor yang rusak, DAS di Jakarta juga banyak mengalami penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan potensi penyebab banjir di Jakarta menjadi besar .
Sistem pengendalian banjir sungai ini mencakup pembuatan sejumlah pintu air/pos pengamatan banjir, yaitu di Katulampa (Bogor), Depok, Manggarai, serta Pintu Air Istiklal. Pemerintah pernah merencanakan untuk membangun Waduk Ciawi di Gadog, Megamendung, Bogor sebagai cara untuk mengendalikan aliran sejak dari bagian hulu.
SUNGAI DI JAKARTA
Kali Angke (Hanzi: 紅溪河) adalah nama sebuah sungai di Jakarta, Indonesia. Nama Kali Angke diberikan setelah terjadinya peristiwa pembantaian etnis Tionghoa selama tiga hari oleh VOC di Batavia pada tanggal 9 Oktober 1740. Angke sendiri sebenarnya berasal dari dialek Hokkian, yang berarti Kali Merah. Dikatakan akibat peristiwa tersebut warna sungai berubah menjadi merah oleh darah etnis Tionghoa. Sejak itu namanya berubah menjadi Kali Angke. [1][2]
Sungai ini berhulu di Bogor, Jawa Barat. Kemudian melewati Tangerang Selatan, Kotamadya Tangerang dan bermuara di Jakarta Barat di wilayah Muara Angke. Sungai ini tidak pernah kering selama musim kemarau, karena berhulu langsung di wilayah pegunungan di daerah Bogor, sebagaimana Kali Pesanggrahan dan Ciliwung. Vegetasi yang tumbuh di tepian sungai ini di antaranya adalah rengas (Gluta renghas), pandan kapur (Pandanus tectorius), bambu tali (Bambusa vulgaris), putat (Planchonia valida), pulai (Alstonia scholaris), kecapi (Sandoricum koetjape), waru (Hibiscus tiliaceus) dan sebagainya.
Muara Angke (6°6′21″LS,106°46′29.8″BT) adalah pelabuhan kapal ikan atau nelayan di Jakarta. Ditandai dengan dioperasikannya penunjang kebutuhan nelayan seperti pelelangan ikan (struktur dan fasilitasnya) selain kelaziman sebuah bandar yang dikelola seorang syahbandar. Secara administratif pemerintahan, Muara Angke terletak di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Lokasinya berdekatan dengan Muara Karang.
Meski dikenal banyak orang Jakarta sebagai kampung nelayan, tempat pelelangan dan pelabuhan ikan serta tempat makan ikan bakar, namun Muara Angke menyimpan potensi lain. Di daerah ini, terdapat Suaka Margasatwa Muara Angke, kawasan hutan bakau seluas 25,02 hektar yang dihuni tak kurang dari 90 spesies burung.
Muara Angke merupakan bagian dari hutan bakau terakhir yang tersisa di propinsi DKI Jakarta. Kawasan hutan Angke-Kapuk yang terdiri dari Suaka Margasatwa Muara Angke, Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk merupakan hutan bakau yang terakhir yang dapat dijumpai di Jakarta. Kawasan hutan ini memiliki luas keseluruhan sekitar 170,60 ha.
Asal Nama Muara Angke

Muara Angke adalah wilayah hilir dan kuala dari Kali Angke. Sedangkan kali atau sungai ini diperkirakan dinamai menurut nama seorang panglima perang Kerajaan Banten, yakni Tubagus Angke (Tubagus atau Ratu Bagus adalah gelar kebangsawanan kerajaan Banten).
Sekitar awal abad ke-16, Kerajaan Banten mengirim pasukannya untuk membantu Kerajaan Demak yang sedang menggempur benteng Portugis di Sunda Kelapa (Jakarta sekarang). Sungai di mana pasukan Tubagus Angke bermarkas kemudian dikenal sebagai Kali Angke dan daerah yang terletak di ujung sungai ini disebut Muara Angke.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Alwi Shahab, salah seorang penulis dan budayawan Betawi. Menurutnya, kata "angke" berasal dari bahasa Hokkian, yakni "ang" yang berarti merah dan "ke" yang berarti sungai atau kali. Hal ini terkait dengan kejadian tahun 1740, saat Belanda membantai 10.000 orang Tionghoa di Glodok, yang membuat warna air Kali Angke yang semula jernih menjadi merah bercampur darah. Namun, menurut budayawan Betawi Ridwan Saidi, kata "angke" berasal dari kata Sansekerta, "anke", yang berarti kali yang dalam.
Fasilitas

Kini Muara Angke terkenal sebagai tempat penjualan ikan laut segar dan ikan bakar di Jakarta. Memang di sini terdapat fasilitas tempat pendaratan dan pelelangan ikan, dan juga pasar ikan.
Restoran ikan bakar mulai tersedia sekitar tahun 1994, ketika RM (rumah makan) Ikan Bakar dan RM Sinar Muara hadir di sini. Sejak saat itu, tempat ini mulai dikenal para penikmat makanan untuk mendapatkan ikan bakar yang segar, enak dan relatif murah. Kini restoran ikan bakar telah banyak jumlahnya, namun uniknya restoran-restoran ini hanya menyediakan jasa memasak ikan. Pengunjung harus membeli ikan sendiri di pasar ikan yang berdekatan, dan kemudian menyerahkannya ke restoran untuk diolah: dibakar, digoreng dan lain-lain sesuai keinginan. Sayangnya, para pedagang ikan segar ini seringkali tidak jujur dalam timbangannya.
Di areal seluas 65 hektar ini juga terdapat pusat kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT). Berbagai jenis ikan asin, pindang dan asap dihasilkan di sini. Selain tempat pengolahan dan penjemuran ikan, di bagian ini juga terdapat beberapa toko yang menjual ikan asin dalam partai besar maupun eceran. Sebagian ikan asin yang dihasilkan dikirim antar pulau atau diekspor.
Pemukiman nelayan terdapat di bagian barat dan selatan. Kebanyakan perahu-perahu nelayan memang disandarkan di sepanjang tepian Kali Angke di barat dan selatan wilayah ini. Dok kapal nelayan dan tambak uji coba terdapat di bagian utara. Di samping itu, di kawasan ini juga terdapat kompleks rumah susun untuk nelayan, terminal bus dan angkutan kota, serta SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum).
Bahan bacaan
Taman Impian Jaya Ancol merupakan sebuah objek wisata di Jakarta Utara. Pada 2006, Taman Impian Jaya Ancol berubah nama menjadi Ancol Jakarta Bay City
Sejarah
Sebagai kawasan wisata, Taman Impian Jaya Ancol ternyata sudah berdiri sejak abad ke-17. Waktu itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Adriaan Valckenier, memiliki rumah peristirahatan sangat indah di tepi pantai. Seiring perjalanan waktu, kawasan itu kemudian berkembang menjadi tempat wisata.
Sayangnya, ketika Perang Dunia II meletus disusul perang kemerdekaan, Ancol terlupakan. Sungai Ciliwung secara leluasa menumpahkan air dan lumpurnya ke sana sehingga mengubah kawasan tersebut menjadi kotor, kumuh, dan berlumpur. Kawasan yang semula cantik, berubah menjadi menyeramkan bagaikan 'tempat jin buang anak'.
Lalu, muncul usulan agar kawasan itu difungsikan menjadi daerah industri. Namun, usul itu ditolak mentah-mentah oleh Presiden Soekarno. Malah, Bung Karno ingin membangun kawasan itu sebagai daerah wisata. Lewat Keputusan Presiden pada akhir Desember 1965, Bung Karno memerintahkan kepada Gubernur DKI Jaya waktu itu, dr. Soemarno, sebagai pelaksana pembangunan proyek Taman Impian Jaya Ancol. Proyek pembangunan ini baru terlaksana di bawah pimpinan Ali Sadikin yang ketika itu menjadi Gubernur Jakarta. Pembangunan Ancol dilaksanakan oleh PD Pembangunan Jaya di bawah pimpinan Ir. Ciputra.
[sunting] Pembangunan
Kekhasan Taman Impian Jaya Ancol di awal-awal berdirinya ditandai dengan dibangunnya Teater Mobil pada tahun 1970. Sarana rekreasi berikut yang dibangun makin mempopulerkan keberadaan Taman Impian Jaya Ancol, tidak saja di kalangan masyarakat ibu kota, tetapi juga seluruh Indonesia.
Pembangunan berbagai proyek terus berlanjut hingga kini. Pedagang kaki lima ditata, hotel dibangun, lapangan golf, dan beragam permainan dihadirkan. Hal itu berarti sarana rekreasi dan hiburan di Taman Impian Jaya Ancol akan semakin lengkap. Pada tahun-tahun berikutnya, pengadaan sarana rekreasi dan hiburan diarahkan pada sarana hiburan berteknologi tinggi. Hal itu telah dimulai dengan dibangunnya kawasan Taman Impian "Dunia Fantasi" tahap I pada tahun 1985.
Kini, Taman Impian Jaya Ancol yang berdiri pada lahan seluas 552 hektar, telah menjadi tempat wisata dan rekreasi permainan terbesar dan terlengkap di Indonesia.
[sunting] Biaya Masuk
Masuk melalui gerbang utama Rp. 12,000/ orang, Rp 12.000/mobil, Rp. 10.000/motor(update September 2008) [1]
[sunting] Objek wisata di Ancol
- Dunia Fantasi
- Gelanggang Samudra
- Atlantis Water Adventure - gelanggang renang terbesar di Ancol. Banyak fasilitas permainan seperti seluncur dengan ketinggian kurang lebih 15-20m. Di salah satu bagiannya, ada sebuah kolam yang pada saat-saat tertentu membuat gelombang besar sehingga semua orang di dalam kolam tersebut terasa seperti ada di laut
- Pasar Seni
- Seaworld Indonesia
- Marina
- Pantai Carnaval
- Pantai Festival
- Taman Pantai
- Hailai Mercure
- Padang Golf Ancol
- Kereta Gantung Gondola
- Ice World
- Pulau Bidadari
[sunting] Hotel
- Putri Duyung Cottage
- Hotel Raddin (tutup 22 Mei 2007)
- Hotel Mercure
- Hotel Wisata
- Ancol Mansion (opening soon)
[sunting] Pranala luar
- (id) Situs Resmi
- (id) Taman Impian Jaya Ancol
Sampah Ancam Jakarta
Jakarta bakal kebanjiran sampah dalam beberapa pekan ke depan. Masalahnya, untuk mengangkut 6.000 ton sampah yang dihasilkan warga Ibu Kota setiap harinya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini kekurangan armada pengangkut. Bagaimana jalan keluarnya?
Minimnya armada pengangkut sampah ini memaksa Dinas Kebersihan DKI untuk menyewa sedikitnya 50 truk pengangkut sampah jenis compactor, dengan dana sebesar Rp 40 miliar. Anggaran sebesar itu sudah meliputi biaya sewa kendaraan, honor sopir, hingga bahan bakar.
Langkah Dinas Kebersihan DKI menyewa truk pengangkut sampah tersebut sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun lalu. Hanya saja, itu baru sebatas penyewaan truk sampah jenis biasa.
Dengan adanya 50 truk compactor itu, diproyeksikan mampu mengangkut sampah di Jakarta yang mencapai 6.000 ton atau setara 24.000 meter kubik per hari. Karena kapasitas satu truk dapat mengangkut 20 meter kubik untuk satu rit. Dalam sehari, satu truk compactor ditargetkan dapat mengangkut sampah sebanyak dua kali.
Menurut Lubis Latief, Kasubdin Bina Sarana dan Prasarana Dinas Kebersihan DKI, sebelumnya Dinas kebersihan DKI berencana untuk menyewa 100 unit truk compactor. "Karena anggaran belum mencukupi, maka kita hanya akan menyewa 50 truk," jelasnya.
Program penyewaan kendaraan pengangkut sampah ini, tambahnya, akan diserahkan kepada pihak swasta. "Nantinya, pengelolaan dan penanganan sampah akan dilakukan oleh pihak swasta. Sedangkan Pemprov DKI Jakarta akan menempatkan diri sebagai badan regulator. Ini untuk menuju swastanisasi dalam upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat juga," paparnya.
Sementara Eko Bahruna, Kepala Dinas Kebersihan DKI menjelaskan, jumlah karyawan yang pensiun setiap tahun di tempatnya mencapai sekitar 130 orang. "Hal ini membuat kami memutuskan beralih dengan sistem sewa pada pihak swasta untuk mengangkut sampah di Jakarta," katanya.
Untuk menjadi mitra Dinas Kebersihan, kata Eko, tentunya pemilik kendaraan harus mengikuti proses pelelangan. Rencananya sistem sewa itu akan dilakukan dalam jangka waktu setiap lima tahun sekali. Selanjutnya dapat diperpanjang lagi, namun harus mengikuti lelang ulang.
Jumlah armada yang dimiliki Dinas Kebersihan DKI sendiri, saat ini sudah banyak yang mengalami kerusakan. Dari sekitar 700 unit kendaraan pengangkut sampah yang dimiliki, sebanyak 280 unit (40%) sudah tidak laik operasi. Bahkan pada tahun anggaran 2008 ini, ditaksir ada 100 unit kendaraan yang harus diremajakan.
Volume sampah Jakarta, yang mencapai 6.000 ton per hari sendiri, diperkirakan akan terus melonjak dengan tingkat kenaikan sekitar 5% per tahun. Padahal, berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI, jumlah sampah yang terangkut pada 2007 adalah 85% dari total timbunan sampah.
Karena keterbatasan itu, maka dilakukan program 3R, yaitu re-use, reduce, recycle untuk mereduksi volume timbunan sampah. Namun, hal ini tentunya membutuhkan peran serta masyarakat secara aktif.
Bagong Suyoto, Ketua Koalisi LSM untuk Persampahan Nasional, memaparkan, penanganan sampah di Jakarta, sebenarnya takkan menjadi sepelik sekarang, apabila sejak dulu Pemprov DKI memiliki rencana yang matang mengenai pendaurulangan.
"Masalah pengangkut sampah yang kurang ini sudah terjadi sejak dulu. Dalam hal ini, alasan klasiknya adalah masalah anggaran," ujar Bagong.
Menurut dia, semestinya sejak lama Pemprov DKI memberikan penyuluhan pada masyarakat agar mau ikut serta dalam penanganan sampah, mulai dari tingkat rumah tangga. Yakni, dengan memilah antara sampah organik dan nonorganik.
Bagong juga mengingatkan, sebenarnya sudah sejak 1988 Pemprov DKI mengeluarkan peraturan tentang larangan membuang sampah sembarangan. Namun hingga kini, peraturan itu tak pernah direalisasikan dengan baik.
Sementara Rudi P Tambunan, pengamat lingkungan Universitas Indonesia, mengkritik terlalu borosnya pengelolaan sampah di Jakarta. Hal ini menjadi kendala dalam implementasi pengelolaan lingkungan.
"Sampah bertambah banyak, tapi cost untuk mengelola sampah tidak bisa dipenuhi setiap tahun," tandas Rudi.
Masalah sampah memang bukan hanya menjad tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. Kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dengan terlibat secara aktif tentu akan mengurangi beban pemerintah. Sehingga, jika Pemprov DKI merasa kewalahan akibat kekurangan kendaraan pengangkut sampah, volume sampah tidak terlalu menumpuk seperti saat ini.
penganguran dijakarta
Pengangguran di Jakarta Naik Jadi 12,57 Persen
"Barangkali tingkat persaingan untuk mendapat pekerjaan di Jakarta lebih sulit daripada di daerah karena jumlah pendatangnya terlalu banyak. Jadi sangat sulit menurunkan tingkat pengangguran di DKI Jakarta karena setiap saat saat ada saja pendatang baru yang akan mencari pekerjaan," kata Deputi BPS Bidang Statistik Sosial, Arizal Ahnaf, di Jakarta, Rabu.
Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS terhadap 278 ribu rumah tangga, dari jumlah angkatan kerja 4,40 juta orang pada Agustus 2007, penduduk bekerja mencapai 3,84 juta orang. Sedangkan 10 tahun lalu, hanya 3,81 juta orang bekerja dari jumlah angkatan kerja 4,30 juta orang.
Dari jumlah itu, hanya 2,49 juta orang atau 64,82 persen yang bekerja pada sektor formal, sedangkan sisanya bekerja di sektor non formal, seperti pada sektor pertanian.
"Di Jakarta, proyek infrastruktur pemerintah dan swasta juga sangat tinggi. Jadi bisa jadi pada kuartal terakhir, pencairan dana infrastruktur mencapai puncaknya sehingga bisa saja penyerapan tenaga kerja akan sangat tinggi di bulan-bulan terakhir," katanya tentang kemungkinan terjadinya penurunan pengangguran setelah bulan Agustus.